Senin, 28 September 2015

Transliterasi رمضان (Bulan Ramadlan) Yang Benar

Bulan Ramadlan :: Transliterasi رمضان (Bulan Ramadlan) Yang Benar
Transliterasi yang tidak kompak di indonesia memang banyak menyebabkan salah kaprah, bahkan saat ini bisa dikatakan ada peperangan Transliterasi, walaupun sebenarnya sudah sangat jelas, mana Transliterasi yang ada dasarnya, dan mana yang berdasarkan ikut-ikutan, dan mana yang berdasarkan hasud.
Singkat kata Transliterasi رمضان yang menggunakan Ramadhan, adalah Transliterasi رمضان yang timbul karena hasud kelompok wahabi kepada Ulama Ahlus Sunnah Wal Jama'ah An-Nahdliyun (Nahdlatul Ulama NU).

Kelompok Wahabi sengaja menyebarkan Transliterasi رمضان Ramadhan dan berhasil menghasut Warga NU yang Awam mengenai Transliterasi. Padahal Ulama NU mentranslietrasi رمضان menggunakan Ramadlan "DL" seperti itu juga saat menulis نهضة العلماء menggunakan Nahdlatul Ulama', tidak menggunakan Nahdhatul Ulama, karena Transliterasi huruf ض menggunakan "DL" bukan "DH".
Agar anda lebih jelas mengenai hal ini, silahkan anda baca beberapa tulisan dibawah ini:
Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Nahdliyin Harus Menulis Bulan Ramadlan
Fakta Dasar Penulisan Ramadlan, Ramadan dan Ramadhan
Penulisan Ramadan (Bulan Ramadlan) Yang Benar
dan semoga anda yang mengikuti kaidah yang salah mendapatkan hidayah dari Allah SWT amin.

Shalat Campur Pria dan Wanita Gaya Islam Nusantara? By Bulan Ramadlan

Bulan Ramadlan :: Shalat Campur Pria dan Wanita Gaya Islam Nusantara? By Bulan Ramadlan
Polemik Islam Nusantara sampai sekarang masih belum selesai, dan hampir di semua situs yang membagikan informasi mengenai Islam disana pasti ada pembahasan mengenai Islam Nusantara, bahkan apa apa sering juga dikaitkan dengan Islam Nusantara, dan diantaranya ialah pada tulisan "Soal Foto Shalat Idul Adha Campur Baur Pria Wanita, Ini Tanggapan MUI"

Soal Foto Shalat Idul Adha Campur Baur Pria Wanita, Ini Tanggapan MUI
Foto-foto shalat Idul Adha dengan shaf campur baur antara pria dan wanita yang tersebar di media sosial mendapat tanggapan serius dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ketua MUI Jawa Tengah, KH Ahmad Darodji akan mengklarifikasi panitia shalat Idul Adha yang digelar di lapangan Pancasila, Simpanglima Semarang.
“Kami tentu akan meminta penjelasan dari panitia penyelenggara yang bersangkutan perihal apa yang ada dalam foto-foto tersebut,” kata Ahmad seperti dikutip Republika, Sabtu (26/9/2015).

Ahmad menegaskan, shaf pria dan wanita dalam shalat berjamaah harus dipisahkan. Jika tidak ada kain untuk membatasinya, bisa digunakan tali atau jarak sebagai pembeda antara shaf pria dan shaf wanita.
Namun ia pun tidak yakin jika itu murni kekeliruan panitia. Pasalnya di lapangan tersebut telah sering dipakai shalat Id. Termasuk shalat Idul Fitri. Karenanya pihaknya akan melakukan klarifikasi kepada panitia.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pun menegur panitia setelah mendapatkan banyak laporan dari masyarakat terkait peristiwa tersebut. (Baca: Shaf Shalat Idul Adha Campur Pria Wanita, Gubernur Tegur Panitia)
“Sebenarnya aturan shalat itu sudah jelas,” kata Ganjar saat ditemui usai acara Gubernur Mengajar di SMK Negeri 1 Bukateja Purbalingga. “Menurut saya panitianya mesti menertibkan ulang. Sehingga dalam kondisi terbuka begitu, pintunya diatur, shafnya mesti diatur sehingga laki-laki dan perempuan itu bisa masuk dengan gampang.”
http://bersamadakwah.net/soal-foto-shalat-idul-adha-campur-baur-pria-wanita-ini-tanggapan-mui/#comment-69500

di postingan diatas, ada salah satu orang yang komentar, bahwa amaliyah seperti yang dilakukan kelompok orang diatas adalah amaliyahnya Islam Nusantara.
Tapi bukankah di makkah pria dan wanita juga kumpul shalatnya?
Kalau di madinah memang tidak, akan tetapi kalau di makkah kumpul semuanya, begitu juga saat mengerjakan tawaf. apakah mereka juga Islam Nusantara?
Aneh, juga kalau apa apa yang terjadi di indonesia dikaitkan dengan Islam Nusantara, tanpa melihat bagaimana amaliyah Muslim di negara lain.
◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Copyright 2014 Bulan Ramadlan Template by: Proyek Template SEO - Ramadlan - Ramadlaner